Bencana yang melanda Samudera Hindia pada tahun 2004 melahirkan sebuah dialog yang melibatkan India, Jepang, Amerika Serikat, dan Australia untuk bantuan kemanusiaan di Indo-Pasifik secara cepat dan efektif. Kolaborasi keempat negara kemudian melahirkan sebuah dialog kerjasama keamanan bernama Quadrilateral Security Dialogue (Quad). Quadrilateral Security Dialogue atau Quad ini pertama kali diinisiasikan pada tahun 2004 dan diperkuat secara konseptual pada tahun 2007 dalam rangka menjaga perdamaian dan keamanan di kawasan. Quadrilateral Security Dialogue atau biasa disingkat sebagai Quad didirikan untuk menjaga perdamaian dan keamanan di tengah meningkatnya persaingan geopolitik dan keamanan strategis antar negara untuk memperebutkan sumber daya dan keuntungan lainnya (Hawkins, 2021). Quad menjadi sebuah dialog atau kemitraan keamanan strategis antara AS, India, Jepang, dan Australia dalam bentuk kerja sama informal, di mana informal yang dimaksud adalah Quad merupakan kerja sama atau dialog tanpa sekretariat dan lebih identik seperti G7 atau G20 (Jose & Nashir, 2021). Quad kembali diperkuat di tahun 2017, disaat China memperkuat dominasinya di kawasan Indo-Pasifik.
Kawasan indo pasifik merupakan kawasan yang meliputi perairan Samudera Hindia dan Samudera Pasifik serta laut-laut pedalaman Indonesia dan Filipina yang kaya akan keanekaragaman hayati. Adanya nilai manfaat yang sangat tinggi pada Indo-pasifik kemudian menjadi salah satu tujuan kepentingan China yang diwujudkan melalui Belt and Road Initiative (BRI) pada tahun 2013. Proyeksi China ini disebut One Belt One Road (OBOR) yang bertujuan untuk mempromosikan aliran kegiatan ekonomi yang teratur dan bebas dalam alokasi sumber daya yang sangat efisien dan integrasi pasarf, serta bertujuan untuk mendorong negara-negara untuk mencapai koordinasi kebijakan ekonomi dan kerja sama ekonomi yang lebih luas dengan standar tinggi (Pangestu, 2020). Dominasi China ini membuat perlu adanya stabilitas kawasan di Indo-Pasifik karena menyangkut integritas dan kedaulatan negara kawasan, hal ini juga terkait pada Isu Laut China Selatan.
Pada tahun 2017, negara-negara anggota memperkuat Quadrilateral Security Dialogue setelah sepuluh tahun. Anggota Quad, Amerika Serikat meluncurkan strateginya pada kawasan Indo-Pasifik ini, tertulis pada Strategi Keamanan Nasional Amerika Serikat tahun 2017 dan Strategi Pertahanan Nasional Amerika Serikat tahun 2018, keduanya menyebutkan kekhawatiran AS atas kekuatan Cina yang tumbuh di Indo-Pasifik yang diyakini mengancam kebebasan perdagangan dan navigasi di Indo-Pasifik (Patil, 2021).
Kemudian, pada tahun 2020 Quad mengadakan latihan bersama Malabar yang memperlihatkan kemiripan Quad sebagai aliansi militer (Aulia, 2022). Amerika Serikat bersama ketiga negara anggota kemudian memperkuat Quad. Dalam pertemuan Menteri Luar Negeri Empat Negara anggota, Quad menegaskan kembali komitmen kerja sama empat negara anggota Quad, yaitu mendukung upaya negara-negara Indo-Pasifik untuk memajukan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka – sebuah kawasan inklusif dan tangguh, yang di dalamnya terdapat negara-negara yang berusaha untuk melindungi kepentingan rakyatnya, bebas dari pemaksaan (US Embassy, 2022). Dengan ini, China memproyeksikan Quad sebagai NATO Asia yang hadir atas tujuan untuk menjatuhkan kekuatan China.
Indonesia berada pada kawasan Indo-Pasifik yang menjadi pusat perhatian dialog Quad dan berkomitmen terhadap stabilitas kawasan Indo-Pasifik. Namun, Indonesia tetap berfokus dan berkooperasi sebagai ASEAN, yang didukung oleh negara-negara ASEAN dalam ASEAN Summit ke-34 dengan nama “ASEAN Outlook on the Indo-Pasific” atau AOIP (Nabbs-Keller, 2020) Indonesia tidak memiliki ketertarikan untuk dapat bergabung terhadap Quad, walaupun presensi Indonesia cukup diperlukan. Indonesia ikut menjaga stabilitas kawasan Indo-Pasifik melalui ASEAN dan dalam merespons dominasi China terhadap Laut Cina Selatan. Hal ini disebabkan karena Indonesia memiliki hubungan yang cukup erat dengan China. Sementara itu, China melihat Quad merupakan sebuah aliansi yang didomiansi oleh Amerika Serikat untuk menjatuhkan eksistensi China, hal ini lah yang kemudian memungkinkan terjadi ketegangan antara kedua belah negara apabila Indonesia tergabung dalam QUAD.
Negara-Negara ASEAN pada umumnya menahan diri untuk tidak terlibat dengan Quad karena takut memicu sensitivitas China. Namun, Lain dengan Vietnam yang sebenarnya memiliki hubungan erat dengan China dalam bidang ekonomi, tetapi tampaknya hubungan itu tidak cukup erat dalam bidang kemanan. Ikatan ekonomi ini seakan tidak berlaku dalam konsep keamanan, di satu sisi Vietnam memiliki hubungan ekonomi yang erat dengan Tiongkok, tetapi tetap waspada dengan cara terbuka terhadap Quad yang dirasa mampu menghadirkan opsi keamanan (Wulur, 2021). Quad berusaha untuk meningkatkan hubungan strategis bilateral dengan Vietnam melalui melakukan latihan militer bersama, kunjungan pelabuhan, memperluas
jalur kredit pertahanan, dan menyumbangkan atau menjual aset angkatan laut
untuk meningkatkan kapasitas keamanan maritim Hanoi
Quad dan ASEAN dalam (AOIP)
Quadrilateral Security Dialogue memiliki pandangan terhadap Indo-Pasifik sebagai kawasan yang harus bebas dari dominasi penguasa tertentu, pada hal ini Quad berusaha untuk mengurangi dominasi China di wilayah dan memperkuat stabilitas kawasan Indo-Pasific. ASEAN dalam AOIP-nya dan Quad memiliki kesamaan dalam membangun kapasitas negara-negara kawasan untuk menangnai tantangan keamanan non-tradisional. Perbedaanya adalah terletak pada bentuk kerjasamanya masing-masing. ASEAN mengejar pentingnya sentralitas, inklusivitas, dan komplementaritas ASEAN di kawasan Indo-Pasifik sebagai prinsip utamanya, sementara QUAD lebih didasakan pada kerja sama eksklusif (Teo, 2022).
ASEAN Outlook on Indo-Pasific (AOIP) dibentuk sebagai komitmen untuk memperkuat keamanan maritim. Adapun ASEAN Outlook on Indo-Pasific (AOIP) dimaksud bertujuan untuk: (1) menawarkan pandangan untuk memandu kerja sama di kawasan; (2) membantu mempromosikan lingkungan yang mendukung perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran di kawasan dalam menangani masalah bersama tantangan, menjunjung tinggi arsitektur kawasan berbasis aturan, dan mendorong kerja sama ekonomi yang lebih erat, sehingga memperkuat keyakinan dan kepercayaan; (3) meningkatkan proses pembangunan Komunitas ASEAN dan semakin memperkuat mekanisme yang dipimpin oleh ASEAN yang ada, seperti EAS; dan (4) mengimplementasikan dan menjajaki bidang kerja sama prioritas ASEAN lainnya, termasuk kerja sama maritim, konektivitas, Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), dan bidang kerja sama ekonomi dan kemungkinan bidang kerja sama lainnya (ASEAN).
ASEAN melalui ASEAN Outlook on the Indo-Pacific (AOIP) berusaha membuat framework tentang konsepsi Kawasan Indo-Pasifik yang inklusif dan terintegrasi. AOIP dipenuhi oleh prinsip normatif dan normal yang telah disepakati bertahun-tahun lalu dan area kerja samanya meliputi kerja sama maritim, konektivitas, Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) PBB tahun 2030, dan ekonomi. AOIP dengan Quad tidak memiliki pertentangan secara norma maupun nilai sehingga tidak akan sulit dalam mencapai kesepakatan (Wulur, 2021).
QUAD dan ASEAN juga memiliki perbedaan terhadap sistem kelembagaannya, QUAD tidak memiliki struktur kelembagaan yang jelas, tidak seperti ASEAN yang memiliki struktur jelas dan merupakan organisasi regional. QUAD lebih membentuk kerjasama ekslusif, dan tidak memiliki sekrtetariat. Meskipun keduanya memiliki tujuan yang sama, yaitu menjaga “stabilitas kawasan”, QUAD dan ASEAN dalam AOIP memiliki konsep yang berbeda.